Berita Terkini

UN SLTP di Bali Diwarnai Adanya Lembar Soal Kosong
Senin, 29 Maret 2010 15:12 WIB 
Penulis : Gede Ruta Suryana
 
DENPASAR--MI: Pelaksanaan ujian nasional (UN) sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) hari pertama di Bali diwarnai adanya naskah soal yang tidak lengkap di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Denpasar.

Namun, panitia UN langsung menggantinya dengan soal cadangan, sehingga peristiwa tidak terlalu menggangu.

"Ya memang di satu SMP di Denpasar ada soal yang salah satu lembarnya kosong. Tapi langsung diganti dengan soal cadangan," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali Wayan Suasta seusai memantau pelaksanaan UN di sejumlah sekolah di Denpasar, Senin (29/3).

Namun secara umum pelaksanaan UN SMP di Bali berlangsung lancar tertib dan aman. Khusus dalam pengiriman naskah soal UN SMP/mmadrasah tsanawiyah (MTs) dan sekolah luar biasa (SLB) ke Bali, kata Suasta, pihak percetakan negara Jakarta mengutus 10 petugasnya untuk membantu terjaminnya distribusi dan kelengkapan naskah sampai ke sekolah-sekolah.

"Kesepuluh petugas dari pihak percetakan itu berkantor di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali," jelas Suasta. Rencananya mereka akan bertugas selama berlangsungnya UN SMP di Bali hingga 1 April mendatang. (RS/OL-01)

Sent from my BlackBerry® powered by


Soal Ujian Nasional di Bali Salah Jadwal

Senin, 22 Maret 2010
11:49 WIB

TEMPO Interaktif, Denpasar - Kejadian tak mengenakkan mengiringi pelaksanaan Ujian Nasional (Unas) di Bali, Senin (22/3). Yakni, tertukarnya sejumlah soal yang dibagi pada beberapa SMU di Karangasem, Bali.


Kejadian itu antara lain terjadi SMA 1 Karangasem, SMA 1 Bebandem, dan SMA PGRI Karangasem. Sesuai jadwal, mata pelajaran hari ini adalah Bahasa Indonesia. Namun, para siswa di sekolah itu mendapat soal Bahasa Inggris dan Antropologi. “Seharusnya ini tidak perlu terjadi,” kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang mendapat laporan mengenai itu di sela-sela peninjauan sejumlah sekolah di Denpasar.

Pemerintah Provinsi Bali tahun ini, menurutnya, telah menggelontorkan dana Rp 1,3 miliar untuk menjamin ujian nasional berlangsung lancar. Tetapi harapan itu ternoda oleh kesalahan yang cukup fatal dengan adanya kebocoran soal tersebut. Selama ini fokus petugas memang lebih pada pengamanan soal dengan pengawalan ketat dari polisi. Dia menduga kesalahan itu akibat kelalaian pihak percetakan yang tidak memasukkan soal sesuai dengan sampul amplopnya.

Akibat kesalahan itu, para siswa harus menunggu selama 25 menit untuk mendapatkan soal dari hasil fotokopian. Waktu selama 25 menit itu kemudian dikompensasi dengan perpanjangan waktu ujian agar para siswa tidak merasa dirugikan.

Kepala Dinas Pendidikan Bali Wayan Suasta menolak anggapan bahwa kejadian itu sudah bisa dinilai sebagai kebocoran soal sehingga siswa harus mengulang ujian. “Begtiu diketahui pengawas soal langsung ditarik,” ujarnya. Istilah kebocoran hanya bila ditemukan soal atau fotocopy-nya sebelum ujian dillakukan dan tanpa sepengetahuan pengawas.

Mengenai titik kelemahan yang mengakibatkan kejadian itu, Suasta menolak menduga-duga. Yang jelas percetakan soal dilakukan oleh percetakan negara di Jakarta sebagai pemenang tender dan pihaknya hanya menerima serta mengamankan distribusinya saja.

Selain laporan dari Karangasem, kejadian lain yang sempat dilaporkan adalah adanya paket soal yang hilang di SMU Santo Yoseph Denpasar. Mestinya untuk satu kelas selalu terdapat dua paket soal yang berbeda untuk menghindari terjadinya saling contek antara para siswa. Tetapi di sekolah itu terdapat dua kelas yang ternyata soalnya sama seluruhnya. “Kami putuskan tidak masalah tetapi pengawasan diperketat,” kata Suasta.

ROFIQI HASAN





Dulmatin, Jenius yang Dihargai 10 Juta Dollar AS
Selasa, 9 Maret 2010 | 14:37 WIB
Dulmatin (kiri) dan Umar Patek.
KOMPAS.com — ENTAH sudah berapa kali Dulmatin dikabarkan tewas di Filipina. Tapi, sejauh ini belum ada bukti yang akurat. Sosok buronan kelas kakap dalam kasus terorisme itu namanya pernah disebut-sebut sebagai pelaku bom Bali. Selama ini Dulmatin memiliki segudang nama atau alias. Misalnya, Amar Usman alias Muktamar alias Djoko Pitono. Namanya makin populer setelah polisi memasukkan Dulmatin dalam daftar pencarian orang (DPO).
Dalam melakukan aksi terorisme, ia berkawan dengan Imam Samudra. Di kalangan para anggota teroris di Indonesia, Dulmatin dikenal sebagai ahli elektronik. Sejak kasus bom Bali tahun 2002, warga Jalan Pemali Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini tak jelas keberadaannya. Informasi yang diperoleh dari keluarganya di Pemalang menyebutkan bahwa Dulmatin kemungkinan menetap di Malaysia.
Bahkan, ketika itu ayah tiri Dulmatin, Jazuli Arwan (52), juga tidak tahu persis di mana Djoko Pitono berada. "Terakhir ia pulang sekitar Juni 2001 lalu. Itu pun sebentar lalu pergi lagi. Kabar terakhir katanya ia tinggal di Malaysia bersama istri dan anak-anaknya," kata Jazuli ketika itu.
Menurutnya, kalaupun ia pulang ke Pemalang, cuma sebentar mampir ke rumah. Itu pun untuk urusan yang tak diketahuinya. Biasanya ia datang sebentar lalu pergi lagi bersama Azam Usman (40), kakaknya. "Mungkin untuk urusan jual beli mobil karena kata kakaknya, Djoko memang berbisnis jual beli mobil bekas," tambah Jazuli.
Sahabat Dulmatin di Pemalang menuturkan, sepengetahuan dia, Dulmatin sudah lama menjadi warga Afganistan. Beberapa tahun silam sebelum kasus bom Bali, Dulmatin pernah pulang ke rumahnya. Penampilan pria itu agak lain. Jenggotnya rada lebat, seusai dari Afganistan.
Djoko Pitono adalah nama kecil Dulmatin alias Amar Usman alias Muktamar. Sejak diduga terlibat dalam kasus bom Bali, sketsa wajahnya bersama lima tersangka lainnya disebar oleh aparat kepolisian di seluruh pelosok Indonesia. Masuknya nama Dulmatin dalam dunia terorisme membuat kaget warga Pemalang. Sebab, selama ini Dulmatin dikenal sebagai pria yang supel, mudah bergaul, dan enak diajak bicara. Setidaknya itu kesan yang dirasakan oleh kawan-kawan semasa sekolah.
Belakangan, pribadinya agak tertutup setelah ia menikah dengan Istiada (34), saudara sepupunya sendiri. Wanita yang selalu menutup seluruh tubuhnya dan hanya bagian matanya yang terbuka konon menyebabkan Djoko menutup diri juga dari pergaulan sekitarnya. Selain itu, Djoko juga merubah namanya menjadi Amar Usman alias Muktamar.
Dulmatin lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara pasangan Masriyati (62) dan Usman Sofi (72). Lelaki berperawakan tinggi dengan warna kulit coklat itu lahir sebagai anak dari keluarga kaya dan pintar, banyak saudaranya yang sukses dalam pendidikan dan bisnis. Kakak-kakaknya ada yang menjadi dokter dan kini tinggal di Jakarta bersama istrinya. Bahkan, istri Djoko juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, tetapi tidak diselesaikan karena berselisih paham dalam soal jilbab dengan dosennya.
Terakhir Djoko diketahui berbisnis mobil bekas dan handphone sehingga tidak heran jika ia bisa memiliki rumah yang cukup besar di Jalan Pemali, Pemalang. Dari ayahnya yang sudah lama meninggal, Usman Sofi, ia memiliki cukup banyak warisan berupa sawah.
Di kalangan dunia teroris, Dulmatin amat disegani karena kepandaiannya. Ia ahli dalam membuat sirkuit bom berikut detonatornya. Bahkan, Dr Azahari, pria yang disebut-sebut sebagai tokoh teroris asal Malaysia dan terbunuh di Batu, Malang, juga kerap memesan sirkuit bom kepada Dulmatin. Tak heran salah satu julukan yang diberikan kepadanya adalah "jenius."
Karena kejeniusannya dalam merakit bom itu dianggap berbahaya bagi kehidupan manusia lain, maka kepalanya dihargai 10 juta dollar AS oleh pemerintah Amerika Serikat. Hari ini, Selasa (9/3/2010), nama Dulmatin kembali disebut dalam penggerebekan kelompok teroris oleh Detasemen Khusus 88 Polri, di mana salah satu korban yang tewas diduga sebagai Dulmatin. (Achmad Subechi)

Cuma 38 Persen yang Lulus

Hasil Try Out UN SMA Jeblok

DENPASAR - Ini perkembangan yang layak jadi perhatian serius para pendidik SMA di Bali. Hasil nilai try out (pemantapan) Ujian Nasional (UN) untuk siswa SMA yang diselenggarakan pada pertengahan Februari lalu ternyata tidak membawa hasil yang menggembirakan.

Dari data yang ditunjukkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bali, tidak sampai separo yang layak lulus. Hanya 38,22 persen saja yang dinyatakan lulus. Meskipun hanya latihan saja, namun ini jadi lampu kuning bagi para pengajar di tingkat pendidikan tersebut.

Kepala Disdikpora Bali, Wayan Suasta saat dihubungi Radar Bali Rabu (3/3) kemarin mengatakan, hasil pemantapan memang tidak terlalu menggembirakan. Dari 25.453 siswa yang mengikuti pemantapan, hanya 9.762 orang yang dinyatakan lulus. Sementara 15.781 sisanya gagal mencapai nilai 5,5 yang dipatok sebagai standar kelulusan minimal.


Namun demikian, Wayan Suasta beralasan bahwa soal yang diberikan kali ini memang tergolong sulit. "Hanya 38,22 persen saja yang lulus. Bobot soalnya memang sengaja kami buat agak sukar, supaya para siswa yang mengikuti pemantapan ini siap mempelajari soal-soal yang ada. Soal di pemantapan itu juga sudah mengarah kepada kisi-kisi soal yang akan diujikan pada UN," kata Suasta.


Mantan Kadis Koperasi dan UMKM Bali itu berharap kini sekolah-sekolah SMA di seluruh Bali sudah bisa menyiapkan para siswanya. Terlebih ujian nasional akan dilaksanakan pada tanggal 22 Maret mendatang. Dengan waktu yang sudah dekat tersebut, tentunya diharapkan kerja maksimal para guru untuk menyiapkan murid-muridnya, agar hasilnya tidak lebih ngedrop lagi.


Apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Menurutnya, sejauh ini yang disiapkan adalah perbaikan mental. "Kami ingin siswa itu fokus, dan benar-benar siap mental. Jangan sampai mereka berharap akan ada bocoran soal-soal, nanti mereka tidak ada nafsu untuk belajar lagi. Lebih baik latih diri dengan soal-soal, karena sudah ada yang mengarah kepada kisi-kisi," imbuh Suasta. (eps)


Powered by Blogger and Supported by Home Designs